Semakin Besar, Makin Kritis

Baby AE - Ternyata sudah lama sekali saya tidak mengisi blog ini. Berasa banget banyak sarang laba-laba di mana-mana. Entahlah, terasa sulit untuk menulis maupun bercerita.

Asma sudah beberapa hari masuk kelas 1 SD. Dia diajari menulis baik satu kotak. Sayangnya dia anak kritis, apa pun yang diajarkan harus ada alasannya. Saya sampai heran, dia ini cerdas atau bagaimana. Semakin besar, kesabaran saya semakin mengikis.

Setiap pagi selalu saja ada drama air mata. Teriakan pagi dan juga kerepotan yang membuat saya lelah. Saya belum bisa sabar menghadapi tingkahnya yang luar biasa. Apalagi cengengnya itu. Sedikit-sedikit menangis, seolah tangisan adalah senjata agar dia dibela oleh neneknya.

Entah saya sudah marah yang ke berapa kali. Sehari bisa sangat marah berkali-kali. Habis jalan-jalan pun ada saja yang membuatnya menangis. Padahal saat itu saya sedang lelah, ingin istirahat. Kemarahan pun memuncak.

Ingin sekali mengerem ucapan kasar dari mulut saya, menahan tangan agar tidak melayang ke arahnya. Tapi dia selalu saja membuat saya semakin marah. Seolah-oleh meminta saya untuk memukul dan memarahinya.

Sepertinya saya harus membawanya ke psikolog dan diterapi. Atau ada yang salah dengan saya? Saya bisa gila kalau seperti ini tiap hari. Rasanya seperti mau mati. Tak ingin memarahinya, tapi dibuat marah setiap jam.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Semakin Besar, Makin Kritis"

Posting Komentar