Mengenal Burnout dan Cara Mengatasinya


Baby AE - Hai Moms, burnout terdengar asing di pendengaraan, padahal ini merupakan istilah yang sering digunakan orang untuk menggambarkan kondisi stress berat. Ya, burnout merupakan kondisi kelelahan mental atau stress akut. Burnout ini ditandai dengan gejala emosional dan kognitif. Gejala yang biasanya muncul pada setiap orang berbeda, tergantung pada coping stress dan kerentanan kepribadiannya. 

Untuk orang introvert atau orang yang cenderung pendiam biasanya akan menarik diri dari lingkungan sampai terbawa perasaan atau biasa disebut baper. Berbeda dengan orang ekstrovert yang lebih mudah marah dan suka menyinggung orang lain. Persamaan gejala pada orang yang mengalami burnout merupakan kelelahan yang menyebabkan kurang produktifnya dalam bekerja. Berikut gejala burnout secara umum:
  • Mudah marah
  • Sulit tidur atau insomnia
  • Mudah sakit atau cepat lelah
  • Cenderung menarik diri dari lingkungan sosial
  • Performa serta minat kerja menurun
  • Hilang semangat kerja
  • Benci atau mengabaikan pekerjaan, sehingga tidak produktif.

Namun, burnout tidak sama dengan depresi, orang yang mengalami burnout belum tentu depresi. Burnout merupakan stres atau tekanan yang bukanlah sebuah gangguan, hal ini bisa terjadi pada orang yang terus bekerja tanoa menjeda atau istirahat secara fisik dan mental. Jika kita bisa mengatur psikis dan fisik, maka burnout tidak akan terjadi. 

Burnout biasanya dikarenakan memiliki beban kerja berat, tetapi bisa meregulasi diri, emosi, dan fisiologinya. Meregulasi diri termasuk saat  bisa membagi waktu makan, rileks, atau istirahat. Saat burnout terjadi, banyak gangguan lain yang akan muncul seperti makan banayk atau kurang, gangguan tidur, sampai kesulitan apa pun untuk bekerja. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala burnout sebelum mengatasinya. Berikut cara mengatasi burnout:

1. Memeriksa gejala yang paling parah

Moms harus memeriksa gejala yang paling parah, misalnya emosi dan minat. Jika sudah ditemukan tingkat keparahannya dan ternyata tidak mengganggu kegiatan, Moms cukup melakukan penyembuhan sendiri atau self healing dengan relaksasi.

2. Melakukan self healing

Jika Moms mengalami burnout karena pekerjaan, Moms bisa mengambil cuti untuk melakukan penyembuhan diri. Namun, jika burnout tidak disebabkan oleh urusan kerja, maka Moms perlu menyelesaikan penyebab tersebut. Dalam self healing atau proses penyembuhan diri, Moms perlu melakukan kegiatan yang menyenangkan dan merilakskan fisik dan mental dengan jalan-jalan atau lainnya.


3. Self Healing

Cuti merupakan bagian dari self healing, di mana Moms punya waktu untuk melakukan kegiatan lainnya yang lebih santai seperti berkebun dan bercocok tanam. Mungkin kegiatan seperti me time dengan merawat diri, belanja, memakai skincare, melakukan treatment atau yang lainnya bisa menjadi kegiatan yang membuat Moms merasa tenang serta bahagia. Selain itu, Moms bisa melakukan quality time bersama orang yang Moms sayangi. Nah, bepergian atau melakukan kegiatan seru lainnya bersama keluarga sangat disarankan untuk Moms karena bisa merilekskan tubuh dan melepaskan hormon stress.

4. Datang ke psikolog

Moms bisa pergi ke psikolog untuk mengatasi masalah burnout dan berkonsultasi tentang masalah Moms, nih. Psikolog bisa menjabarkan penyebab stress, sampai mencari solusinya. Seperti saat Moms memiliki tekanan yang disimpan saat bekerja sampai akhirnya menumpuk dan membuat Moms stress karena terobsesi dengan kerja hingga kelelahan. Moms tidak selalu menyebabkan orang malas bekerja, bisa saja burnout terjadi karena Moms memaksakan kerja tanpa peduli jika sudah lelah.

Oleh karena itu, psikolog akan memberikan diagnosanya setelah melakukan wawancara dan pengamatan, mereka juga mendengarkan keluhan Moms. Setelah itu, akan ada terapi pendek yang membantu Moms sembuh dari burnout ini, terlebih psikolog akan bekerja sama dengan psikiater untuk meresepkan obat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mengenal Burnout dan Cara Mengatasinya"

Posting Komentar