Tragedi 17 September 2016




Baby AE - Kemarin pada tanggal 17 September, ada tragedi dalam kehidupan saya. Membuat saya menangis sesenggukan dan sangat sedih.

Bagaimana tidak, mulai saat membawa Michan imunisasi ke Klinik Wijaya Kusuma di Legok. Saat itu bertepatan dengan seseorang yang sedang melahirkan. Saya yang memang mau membawa Michan buat imunisasi, tidak terlalu peduli. Toh bukan urusan saya.
Sampai saat imunisasi selesai dan saya melihat Mbak Bidan membawa sesuatu di gendongannya sambil menangis.

Karena kepo, saya pun tanya, "Gendong apa mbak?"

"Bayi,"

"Lho? Wajahnya kok gak keliatan? Kalo gak bisa napas gimana?" tanyaku lagi.

"Udah gak ada,"

Makjleb! Baru kali ini saya tahu bayi yang wafat si depan saya, apalagi sambil gendong Michan. Sungguh tak tahu. Segera saya pergi untuk mengambil obat karena memang katanya orang tua, anak 
kecil tidak boleh dekat-dekat dengan mayat, bisa sawanen.

Sepulang dari Klinik Jaya Kusuma Husada, saya pun langsung menidurkan Michan di dipan belakang. Yakin bangetlah kalau dia gak bakal jatuh, wong untuk tengkurap saja masih butuh bantuan orang lain.

Siang, saya mengambil laptop dan jongkok di bawah, laptop ada di atas kursi. Memang sih saat itu rencananya saya jagain Michan sambil kerja. Asma pun ada di sebelah Michan. Tak seberapa lama, terdengar suara gedebuk.

Michan jatuh dari dipan.

Saya langsung mengangkatnya, menggendongnya yang menangis kesakitan. Teriakannya melengking sampai mengiris ulu hati saya. Teledor sekali sebagai ibu. Air mata pun menetes cepat, bahkan lebih deras dari air mata Michan. Ibu menyuruh saya membawanya ke tukang pijat. Takut ada apa-apa.


Saya bingung antara membawanya ke tukang pijat atau bagaimana, apalagi baru saja imunisasi. Segera saya WA Bu Ning, pemilik Klinik Jaya Kusuma Husada. Beliau berkata tidak apa-apa dipijat. InsyaAllah tidak apa-apa juga. Ceees anyes rasanya.

Sorenya, saya diantar Kakak ke Mama Yanti di Penarukan untuk memijatkan Ilmi. Dia masih saja rewel dan menangis. Duuuh andai bisa dipindah sakitnya. Entah sudah berapa kali dia menangis. Apalagi saat pijat, air matanya deras. Tapi saya tak tega pula jika tidak membawanya ke tukang pijat. Demi kemaslahatan, saya tega-tegain. Untungnya hanya antri dua orang. Biasanya lebih dari lima.

Sampai malam menjelang, Michan masih rewel. Hiks, saya pun menggendongnya ke mana-mana untuk membuatnya tertidur. Setelah dia tidur, ternyata badannya sedikit demam. Semoga itu hanya efek imunisasi.

Cepat sembuh ya Michan. Maafin Nda yang teledor.


Subscribe to receive free email updates:

8 Responses to "Tragedi 17 September 2016"

  1. ilmi posemu itu lho mesti nek difoto melet hahahaha
    cepet sembuh ya nduuuk

    BalasHapus
  2. kalau mitos, kalau jatuh sekali ntar berulang sampai 7 x xixixixi. Semoga Ilmi gak berulang jatuh lgi ya, Nis.
    Aim dlu juga jatuh bolak-balik

    BalasHapus
  3. Blognya mbk Nisa memang banyak banget rupanya. Yang like fanpage FB nya aja sudah bjibun

    BalasHapus