Selamat Datang Bidadari




Anisa AE - Masih tentang kisah saya di RS Hasta Husada, tempat saya menulis tulisan ini.

Setelah menyiapkan mental untuk operasi, saya menunggu sampai jam 4 sore, waktu pelaksanaan operasi. Waktu menunggu adalah paling berat, karena itu adalah pertama kalinya saya merasakan bagaimana alat bantu kencing. Seperti anyang-anyangen dan rasanya tidak nyaman. Berkali-kali saya berkata rasanya buang air kecil, tapi di wadahnya belum ada air kencingnya.
Dilanjutkan dengan memasukkan obat lewat infus yang rasanya lumayan membuat pergelangan tangan kaku dan keju. Saya pun menangis dan meringis kesakitan. Pastinya suami selalu menemani, sambil sesekali memegang tangan saya. Ya, kami hanya berdua di ruangan persalinan tersebut.

Baca Juga : Jika Harus Operasi

Jam 4 sore kurang, saya menuju ruang operasi. Berbeda dengan saat operasi pertama, di sini yang menangani semua laki-laki. Tak ada yang kenal pula. Untungnya saya diajak ngobrol untuk mengalihkan perhatian.

Jika di RS Mitra Delima dulu, saya cukup memiringkan badan, lalu tak merasakan apa-apa. Kali ini saya diminta duduk dengan kepala menunduk. Rasanya sulit karena perut penuh, belum lagi kontraksi yang tak tertahankan.

Sampai akhirnya saya merasakan nyeri di area perut. Perut ditekan-tekan beberapa saat, terdengar suara orang bercakap-cakap. Saya buka mata perlahan, terlihat ada satir yang memisahkan antara dada dan perut. Saya tutup mata lagi, lelah. Rasanya seperti belum 50% sadar.


Salah satu orang mengajak bercakap-cakap, tapi saya hanya diam. Lalu para petugas membolak-balik tubuh saya (yang akhirnya saya tahu itu untuk memasang grito dan kain batik ke tubuh saya), sampai akhirnya saya keluar dari ruang operasi. Disuruh menunggu sampai dua jam untuk melihat reaksi sehabis operasi. Sebelumnya, saya disuruh puasa saat datang ke RS Hasta Husada.

Menurut pengalaman sebelumnya, sebelum kentut, saya tidak boleh makan dan minum. Hasilnya, setelah operasi pun saya tetap tak makan maupun minum sampai keesokan paginya. Sediiih. Kenapa? Karena Debay sudah sangat kehausan, menangis terus minta asi, sementara asi saya kosong.

Baca Juga : Saat Pembukaan Satu

Jam 4 pagi, saya pun ngotot ke suami untuk makan roti karena perut terasa perih dan mau muntah. Maklum, makan terakhir jam 9 pagi. Sebenarnya sama suami tidak boleh, karena memang tidak diberitahu untuk makan, kalau minum sudah boleh. Akhirnya pas suntikan obat, suami tanya. Lega rasanya karena boleh makan walaupun belum buang angin.

Akhirnya saya bisa merasakan keluar asi pertama untuk si kecil. Rasanya luar biasa.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Selamat Datang Bidadari "

  1. Selamat, Mbak. Semoga sang bidadari menjadi putri yang shalihah. Perjuangan berat bundanya dibalas dengan bakti dan doa darinya. Aamiin...

    BalasHapus